Infonegeri, BENGKULU – Calon Presiden (Capres) nomor urut 01 Anies Baswedan diuji pikirannya oleh Mahasiswa dari berbagai Universitas di Provinsi Bengkulu, diakhir dialognya ia mengajak agar memilih pemimpin yang rasional dengan berbagai gagasan.
Dihadiri ribuan mahasiswa dari berbagai kampus Anies dengan menggunakan kemeja putih lengan panjang dan celana hitam mengajak pilihlah pemimpin yang rasional, dengan membandingkan pasangan capres-capres lainnya, kemudian putuskan pilihan.
Anies mejelaskan kenapa harus memilih pemimpina dengan cara rasional, karena rasio jika itu angka menunjukkan perbandingan dua atau lebih nilai untuk menilai suatu kondisi, performa, atau situasi, begitupun rasio dapat digunakan untuk membandingkan capres.
Setelah membanding dengan proses riset atau pengukuran kuantitatif yang memudahkan untuk mencari perbedaan antar capres yang lainnya. Rasional adalah pola pikir yang logis, sesuai dengan akal sehat, dan masuk akal untuk mengambil keputusan yang baik.
“Kami tidak mungkin sempurna, karena itu jangan sampingkan kami dengan kesempurnaan karena tidak ada satupun yang sempurna, tapi saya mengajak kepada semua untuk sandingkan 3 pasangan ini dengan objektif. Lakukan perbandingan kemudian bisa lakukan penilaian: rekam jejak, rekam gagasan, rekam prestasi lalu tentukan pilihan.” kata Anies di Aula Serba Guna Unihaz Bengkulu, Rabu (06/12/2023).
Anies juga mengatakan dimana sejauh pandangan masyarakat bahwa pemerintah saat ini tidak berpihak kepada masyarakat. Seperti konflik agraria di Indonesia, khususnya di Provinsi Bengkulu, Anies menjelaskan bahwa ia tetap tugak lurus berpihak pada keadilan.
“Berpihak pada keadilan dan itu sudah kami kerjakan di Jakarta. Jakarta sendiri membentuk gugus tugas reforma agraria, tentu dengan menyediakan anggaran yang cukup, mengalokasikan sumberdaya ahli untuk menata masalah agraria.” jelas Anis
Anies saat dialog memaparkan bagaimana penyelesaian konflik agrarian terus terjadi di Indonesia, ia mencontohkan semasa kepemimpinannya di Jakarta, dan konflik agraria tidak melulu terjadi di daerah perkebunan serta pertanian juga terjadi di daerah perkotaan.
“Konflik agraria bukan hanya di kawasan perkebunan, pertanian, di perkotaan juga mengalami konflik agraria dan ketika gugus tugas khusus mengelola jalan keluar untuk masalah-masalah yang terjadi, saya rasa apa yang di kerjakan di Jakarta bisa dikerjakan disini (Bengkulu) yang penting pemerintahnya berpihak pada keadilan,” terang Anies.
Saat kunjungannya, Anies mengungkapkan dirinya sangat mencintai dan menghormati masyarakat Provinsi Bengkulu, ia berkunjung bukan melihat berapa jumlah mata pilihnya, melainkan bahwa seluruh masyarakat harus mendapat perhatian yang sama.
“Kami mendatangi Bengkulu karena kami mencintai dan menghormati Rakyat Bengkulu, karena Bengkulu memiliki kontribusi yang besar dalam perjuangan bangsa, bagi kami bukan soal jumlah pemilih tapi ini adalah setiap jengkal tanah Indonesia berhak mendapat perhatian yang sama,” ujar Anies.
Lebih lanjut untuk pembangunan Provinsi Bengkulu, Anies telah menerima dokumen-dokumen usulan yang harus diselesaikan oleh pemerintah dalam 5 tahun kedepannya. Ia salut dengan mahasiswa-mahasiswa di Bengkulu karena telah memiliki konsep.
“Saya mengapresiasi teman-teman Mahasiswa, karena mereka menyiapkan dokumen usulan-usulan yang harus diselesaikan oleh Pemerintah, mereka menyampaikan lisan spontanitas sudah rumuskan itemnya, mereka bersiap – kenyataan mereka memikirkan itu artinya kita memiliki stok pemimpin masa depan,” ucap Anies.
Kepedulian mahasiswa terhadap Bengkulu telah menyiapkan dokumen, dimulai dari penyelesaian konflik agraria, stabilitas harga komoditas pertanian dan perkebunan yang berkeadilan, selamatkan kemiskinan, infrastruktur serta pemerataan pendidikan.
“Orang-orang yang peduli (mahasiswa menyaipkan dokumen Bengkulu untuk 5 tahun kedepannya yang harus diselesaikan jika terpilih Presiden), saya salut dengan teman-teman mahasiswa yang tadi menyampaikan aspirasinya dan saya sendiri belum membacanya lengkap yang tadi baru diserahkan dokumennya.” demikan Anies.
Pewarta | Soprian Ardianto
Editor | Bima Setia Budi