Infonegeri, BENGKULU – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Prof DR Hazairin SH (LPPM Unihaz) Bengkulu gelar Vocational Training Slum Upgrading Project (NUSP), dalam pengelolaan sampah di Desa Watas Marga Kabupaten Rejang Lebong.
Kegiatan yang bekerjasama dengan Satuan Kerja (Satker) Pelaksanaan Prasarana Permukiman, Dirjen Cipta Karya Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Bengkulu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berlangsung, tanggal 25 – 29 Oktober 2022.
Kegiatan yang berlangsung merupakan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) yang ada di Kementerian PUPR untuk berupaya semaksimal mungkin dalam menanggulangi sampah melalui pemberdayaan masyarakat dalam penguatan dan pelatihan dasar.
Rektor UNIHAZ, Dr. Ir. Yulfiperius., M.Si., mengatakan kegiatan NUSP ini dapat menjadi salah satu solusi dengan pelibatan langsung kepada masyarakat. “Sampah ini memang menjadi permasalahan kita bersama, kita harap melalui kegiatan ini bisa menjadi salah satu solusi mengatasinya,” ungkap Yulfiperius, Selasa (25/10/2022) di Hotel Santika.
BACA JUGA: Kolaborasi, Unihaz dan Kementerian PUPR Atasi Masalah Sampah
Dijelaskannya, Persoalan sampah di Kelurahan Wates Marga, seiring semakin bertambahnya jumlah penduduk, berbanding lurus dengan hasil baseline identifikasi sampah penyumbang skor tertinggi dari 7 aspek yang dinilai sesuai dengan Permen PUPR nomor 14 tahun 2018.
“Ditahun 2020 saja Kabupaten Rejang Lebong menghasilkan 39 ton sampah apa lagi sekarang ini (tahun 2022),” kata Rektor Unihaz dilanjutkan menjelaskan permasalahan sampah yang saat ini tak hanya masalah didaerah, juga menjadi permasalahan nasional.
Langkah dalam menyikapi masalah sampah yang tidak memiliki nilai dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi dan dapat diolah menjadi bahan yang memiliki nilai guna, seperti sampah dapat dijadikan sumber energi dan lain sebagainya.
“Permasalahan sampah ini jangan kita jadikan hambatan, tapi bisa dijadikan tantangan baru dan peluang kita semua (masyarakat). Sampah bisa kita jadikan berbagai kerajinan seperti tas, pupuk bahkan untuk listrik pun bisa dengan olahan dari sampah,” jelas Yulfiperius.
Lebih lanjut ia berharap melalui program KOTAKU, pengelolaan sampah dapat terus berkesinambungan dengan melibatkan peran aktif akademisi, masyarakat dan pemerintah. “Program ini harus berkesinambungan dan konsisten baru akan berdampak pada masyarakat,”
Sementara itu Kepala Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman, Dirjen Cipta Karya BPPW Bengkulu, Kementerian PUPR, Eko Kuncuro, S.Sos, M.T., mengatakan pihaknya mendorong penerapan TPS3R sebagai pola pendekatan pengelolaan sampah.
TPS3R, konsep Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (daur ulang) yang penyelenggaraannya perlu 2 faktor agar berhasil, yaitu Kelembagaan, Pemerintah dan melibatkan masyarakat dan perencanaan pengelolaannya. [SA]