BPS Sebut Mukomuko Jadi Kota Pemantau Inflasi

Caption foto: BPS Provinsi Bengkulu saat gelar zoom merilis berita statistik (Foto/dok: tangkap layar)
Caption foto: BPS Provinsi Bengkulu saat gelar zoom merilis berita statistik (Foto/dok: tangkap layar)

Infonegeri, BENGKULU – Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu mulai Januari 2024 menambah kota yang menjadi wilayah pemantauan inflasi di daerah itu. Hal itu dilakukan untuk memberikan gambaran inflasi yang lebih akurat dan komprehensif.

“Untuk memberikan gambaran inflasi (yang lebih akurat dan komprehensif), Kota Bengkulu menjadi representasi dari pemantauan kota, dan Mukomuko representasi wilayah pedesaan,” kata Kepala BPS Provinsi Bengkulu Win Rizal, Minggu (04/02/2024).

BPS memulai penyajian data perekonomian dan inflasi Kabupaten Mukomuko sejak Januari 2024 ini. Untuk Januari ini, inflasi di Kabupaten Mukomuko dicatat sebesar 0,12 persen (mtm).

Karena ini baru pertama, kata Winrizal, data yang disajikan sama dengan data bulan ke bulan (mtm). Belum inflasi tahunan karena belum punya data pembanding series.

Untuk inflasi Mukomuko pada Januari 2204 ini, kata Win Rizal, pendorong terbesarnya adalah kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga.

Kemudian, pada urutan kedua terbesar memberikan andil inflasi yakni penyediaan makanan dan minuman restoran, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.

Sementara, kelompok makanan minuman dan tembakau yang hampir sepanjang tahun di 2023 mendorong inflasi di Provinsi Bengkulu, kata Win Rizal di Kabupaten Mukomuko pada Januari 2024 ini malah dicatat mengalami deflasi.

)”Jadi untuk wilayah Mukomuko makanan dan minuman memang deflasi dalam perhitungan angka inflasi Bengkulu,” kata dia.

Kemudian untuk jenis komoditas, Win Rizal mengatakan komoditas daging ayam ras menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Mukomuko, diikuti bawang merah, tomat, biaya kontrak rumah dan komoditas wortel.

Untuk penyumbang andil deflasi Mukomuko, komoditas cabai merah menyumbang deflasi tertinggi yang diikuti, cabai rawit, kacang panjang, ikan Tongkol dan telepon seluler.

Editor | Bima Setia Budi