BKKBN Provinsi Bengkulu Gaungkan Percepatan dan Pencegahan Stunting

Caption foto: BKKBN Provinsi Bengkulu gencar menggaungkan program percepatan dan pencegahan stunting di wilayah khusus (Foto/dok)
Caption foto: BKKBN Provinsi Bengkulu gencar menggaungkan program percepatan dan pencegahan stunting di wilayah khusus (Foto/dok)

Infonegeri, BENGKULU – Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu gaungkan percepatan dan pencegahan stunting di wilayah desa sebagai kampung keluarga berkualitas (KB), Senin (09/10/2023).

Dikatan Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Bengkulu M.Iqbal Apriansyah, BKKBN menjelaskan berdasarkan data hasil dari PPK 2022, keluarga berisiko stunting di Bengkulu capai 330.937 keluarga, Kabupaten Seluma 34.964 keluarga berisiko stunting.

“Pada 2024 target stunting di Provinsi Bengkulu sebesar 12,55 persen, dan Kabupaten Seluma sebesar 13,98 persen. Melalui aksi konvergensi pencegahan stunting diharapkan dapat mendorong capaian target nasional 14 persen pada 2024 mendatang,” kata Iqbal.

Hadir pada sosialisasi tersebut Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Bengkulu M.Iqbal Apriansyah, Anggota Komisi IX DPR RI Elva Hartati Murman, Kepala DP3APPKB Seluma Suardi, SE dan unsur pemerintah kecamatan dan kelurahan setempat.

“Untuk mencapai sasaran dan tujuan dari sosialiasi tersebut hadir 350 orang peserta yang didominasi pasangan usia subur (PUS) muda sebagai segmen prioritas edukasi pencegahan stunting,” jelas Plt Kepala BKKBN Provinsi Bengkulu, M Iqbal Apriansyah.

Dikatakan Iqbal, pemerintah melalui Perpres Nomor 72 tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting mengamanatkan BKKBN sebagai ketua pelaksana pencegahan stunting. Atas hal tersebut BKKBN saat ini menggencarkan Promosi.

“Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi pada 1000 hari pertama kehidupan sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Sebagai upaya memutus mata rantai penurunan stunting, BKKBN mengajak masyarakat setempat untuk merubah perilaku, membudayakan hidup sehat serta melakukan pemenuhan asupan gizi melalui air susu ibu (ASI) eksklusif, makanan pendamping (MP) ASI serta imunisasi lengkap.” terang Iqbal.

Selain pemenuhan asupan gizi, lanjut Iqbal dalam pencegahan stunting juga diperlukan perubahan perilaku untuk hidup sehat melalui lingkungan yang bersih. Dengan tersedianya sanitasi yang memadai, jamban yang sehat, air bersih serta membiasakan cuci tangan.

“Sosialisasi pencegahan stunting atau tubuh kerdil pada bayi yang berlangsung bersama mitra baik pemerintah pusat hingga daerah ini dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dan kegiatan konvergensi ini sebuah keinginan pemerintah untuk secara langsung mengkomunikasikan risiko stunting.” beber Iqbal.

Anggota Komisi IX DPR RI Elva Hartati melalui staf ahli, Sarikin Busman mengajak anggota pusat informasi konseling remaja (PIK-R) sekolah tersebut untuk menyiapkan diri sebagai generasi yang bermanfaat bagi keluarga, lingkungan hingga bangsa.

“Pentingnya pengetahuan kespro, agar remaja terhindar dari TRIAD KRR, remaja terbebas dari seks bebas, dan penggunaan napza, dan pentingnya pendewasaan usia perkawinan yaitu 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki laki,” katanya.

Lebih lanjut ia juga menyampaikan, peran genre dalam penurunan angka stunting yaitu pencegahan stunting dari sektor hulu oleh remaja. Dengan mengikuti alur lima transisi kehidupan yaitu mempraktikkan hidup sehat, melanjutkan sekolah, mencari pekerjaan, menjadi anggota masyarakat, dan memulai hidup berkeluarga.

“Remaja pun berperan dalam mendukung bonus demografi 2035, melalui peran duta genre sebagai role model, pendidik dan konselor sebaya yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas remaja Indonesia. Apalagi duta genre sudah ada disetiap tingkat wilayah mulai dari duta genre desa, duta genre kabupaten/kota, hingga tingkat nasional.” ucapnya.

Pewarta | Soprian Ardianto 
Editor | Bima Setia Budi