Lakon Roro Jonggrang Produksi ke 229 Teater Koma Berhasil Memukau Masyarakat Bumi Rafflesia

Caption foto: Lakon Roro Jonggrang oleh Teater Koma, Sabtu malam (25/11/2023) di Benteng Malaubrough Bengkulu (Foto/dok: Soprian Ardianto)
Caption foto: Lakon Roro Jonggrang oleh Teater Koma, Sabtu malam (25/11/2023) di Benteng Malaubrough Bengkulu (Foto/dok: Soprian Ardianto)

Infonegeri, BENGKULU – Produksi ke 229 Teater Koma berhasil memukau ratusan masyarakat Provinsi Bengkulu, lakon Roro Jonggrang merupakan karya terakhir mendiang Nano Riantiarno kembali dipentaskan yang kedua kalinya, Sabtu (24/11/2023) malam.

Lakon Roro Jonggrang merupakan naskah dan di sutradarai Mendiang Nano Riantiarno, ia juga pendiri dari Teater Koma, Asisten Sutradara, Rangga Riantiarno menceritakan Lakon ini mengambil latar di Kerajaan Boko, mengisahkan konflik dan dilema putri kerajaan.

Dalam lakonan Roro Jonggrang menolak lamaran Bandung Bondowoso, pemimpin penjajah sekaligus pembunuh orangtuanya. Namun, putri kerajaan Boko bersedia menerima lamaran, seorang Putra Mahkota Kerajaan Pengging, jika mampu memenuhi dua syarat.

Kedua syarat itu disebabkan Kerajaan Pengging adalah penjajah sekaligus pembunuh kedua orang tua Roro Jonggrang. Namun Bandung Bondowoso berlaku curang dengan meminta bantuan lelembut sebab merasa syarat yang diminta sulit dilakukan segera.

Roro Jonggrang pun sebenarnya tidak tulus sepenuhnya ingin dinikahi. Ia dalam posisi dilema, sebab apakah ingin berbuat curang juga agar batal dinikahi. Intinya dalam cerita ini menyuguhkan intrik dan strategi dari kedua pihak, dengan penggunaan lelembut oleh Bandung Bondowoso dan upaya Roro Jonggrang untuk menggagalkan rencana Bondowoso.

Rangga berharap lakon ‘Roro Jonggrang’ ini tidak hanya sebagai penghormatan kepada karya N. Riantiarno selaku penulis naskah, tetapi juga sebagai sarana untuk menggali lebih dalam budaya dan sejarah Indonesia.

Caption foto: Konferensi pers pementasan lakon Roro Jonggrang (Foto/dok: Soprian Ardianto)
Caption foto: Konferensi pers pementasan lakon Roro Jonggrang (Foto/dok: Soprian Ardianto)

“Mudah-mudahan yang menonton mendapatkan manfaat, tidak hanya terhibur tetapi bisa memberikan inspirasi kepada masyarakat teater di Bengkulu,” harap Rangga sekaligus pemeran Bandung Bondowoso saat menggelar konferensi pers di Benteng Malaubrough Bengkulu, Sabtu (24/11/2023) sore.

Disisi lain, Kepala Balai Media Kebudayaan (BMK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Retno Raswaty mengapresiasi dan memberi dukungan penuh terhadap penyelenggaraan pementasan lakon Roro Jonggrang oleh Teater Koma.

Kata Retno, Teater Koma telah menjadi nadi dalam dunia teater Tanah Air. Teater Koma hingga saat ini di usia masih terus dapat berkiprah dalam pagelaran seni teater di Indonesia.

Menurut Retno, kisah Roro Jonggrang yang dimainkan Teater Koma dipenuhi dengan nilai pelajaran etika serta moral kepada manusia. Inti besar dari lakon Roro Jonggrang yakni tentang keberanian, kejujuran, serta kerja keras.

“Lakon Roro Jonggrang banyak memberikan pesan etika dan moral bagi kita semua, diantaranya pelajaran moral yang erat kaitannya dengan keberanian, kejujuran, dan kerja keras,”sebutnya

Tidak hanya itu, inspirasi berkarya Teater Koma menjadi rujukan untuk dunia seni teater nasional yang mendorong penyebarluasan budaya dengan kreasi modern. Retno berharap, segala karya seni Teater Koma menjadi cakrawala insan seni teater lainnya.

“Semua alur cerita Roro Jonggrang karya Teater Koma menonjolkan kearifan lokal dan kekayaan budaya Indonesia. Lakon Roro Jonggrang garapan Tetaer Koma mampu terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, tanpa meninggalkan identitas budaya,”harap Retno

Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu-Lampung Nurmantias mengatakan, selama ini, katanya masyarakat menilai bahwa cagar budaya di Benteng Malborough Bengkulu adalah tempat yang penuh dengan mistis atau menakutkan.

Tetapi melalui kegiatan pertunjukan oleh Teater Koma dengan mengangkat lakon Roro Jonggrang ini, juga akan memberikan inspirasi bahwa cagar budaya adalah ruang-ruang ekspresi budaya yang ada di Provinsi Bengkulu, .

“Bagaimana kita bisa memanfaatkan ruang-ruang cagar budaya untuk bisa memberikan destinasi baru kepada masyarakat. Ini adalah sebuah terobosan baru yang harus kita ambil sudah tentu manfaatnya untuk bersama. Jadi yang perlu kita sampaikan kepada masyarakat dengan hadirnya Teater Koma di Bengkulu akan memberikan nafas kepada kita bahwa kebudayaan itu harus ada pengembangan dan pemanfaatan,” kata Nurmantias.

Pewarta | Soprian Ardianto
Editor | Bima Setia Budi