Masa Depan Gajah Sumatera Dalam Kepungan Tambang Batubara

InfoNegeri, BENGKULU – Hari Gajah Sedunia 2021, anggota Konsorsium Bentang Alam Seblat menggelar aksi simpatik dengan membentangkan spanduk raksasa dalam penyelamatan Gajah Sumatra.

Pembentangan spanduk tersebut berisi pesan penyelamatan gajah Sumatera (Elephas Maximus sumatranus) dari ancaman pertambangan batu bara di wilayah Bentang Seblat, Bengkulu.

Spanduk bertuliskan “Coal kill elephant, Seblat landscape for future” dibentangkan para aktivis dan pawang gajah dan tiga ekor gajah Sumatera di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Seblat di Kabupaten Bengkulu Utara.

Bentang Seblat merupakan habitat terakhir gajah Sumatera yang tersisa yang ada di Provinsi Bengkulu. Hal ini disampaikan Anggota Konsorsium, Ali Akbar ancaman yang setiap tahun terus meningkat terutama industri ekstraktif batu bara.

“Contoh nyata adalah PT Inmas Abadi yang sampai saat ini izin usaha pertambangan produksi masih belum dicabut Menteri ESDM,” kata Ali dalam keterangan tertulisnya, Kamis (12/08/2021).

Ali Akbar, yang juga Ketua Kanopi Hijau Indonesia, menegaskan bahwa bila Bentang Alam Seblat bukan untuk tambang batu bara tetapi untuk kehidupan seluruh mahluk hidup, termasuk gajah.

“Gajah sumatera merupakan satwa dilindungi dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Gajah sumatera memiliki posisi sebagai konsumen tingkat satu (herbivora/pemakan tumbuhan). Artinya bagian dari suatu jaringan makanan dan aliran energi.” jelas Ali.

Lanjut Ali, dirinya menyampaikan, apabila populasi gajah sumatera berkurang maka jaringan makanan serta keseimbangan ekosistem akan terganggu.

Edwin Ravinki dari Lingkar Inisiatif Indonesia mengatakan perburuan dan kerusakan habitat menjadi ancaman terbesar bagi keberlanjutan hidup gajah Sumatera di Bengkulu.

“Dari hasil patroli rutin yang digelar Lingkar Institute dalam dua tahun terakhir menemukan habitat gajah terus beralihfungsi dan menyempit, dua tahun ini kami menemukan empat ekor bangkai gajah membusuk di dalam hutan,” katanya.

Sementara itu, Desrizal Mudas, salah seorang mahout atau pawang gajah di Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat mengatakan perlu dukungan dari para pihak untuk penyelamatan gajah.

“Perlindungan terhadap kawasan TWA Seblat harus sesuai dengan fungsinya. Jangan ada lagi perambahan, perusakan hutan,” katanya.

Senada dengan mahout, Kepala Resort PLG Seblat, Mustadin menyampaikan harapan agar lebih banyak lagi dukungan para pihak untuk mengangkat martabat PLG Seblat.

“Saat ini tantangan semakin sulit, pihak lain banyak yang berkepentingan namun bertentangan dengan keselamatan gajah. Karena itu, kami mengajak seluruh pihak bersama-sama melindungi habitat dan masa depan gajah.” kata Mustadin.  [SA]