Pemkab Rejang Lebong Bersama Rakyat TNI-AD Hadapi Dampak Perubahan Iklim Global

Caption foto: Pemkab Rejang Lebong bersama TNI AD hadapi perubahan iklim (Foto/dok)
Caption foto: Pemkab Rejang Lebong bersama TNI AD hadapi perubahan iklim (Foto/dok)

Infonegeri, REJANG LEBONG – Bersama rakyat TNI-AD siap menghadapi dampak perubahan iklim global. Ini jadi tematik komunikasi sosial (Komsos) TNI-AD dan pemerintah yang digelar secara during Mabes TNI-AD, pukul 09.00 WIB – 11.30 WIB, Senin, (22/01/2024).

Di Makodim 0409 Rejang Lebong, Komsos disimak Dandim 0409, Letkol. Inf. Renaldy, Plt. Kasdim, Kapten. Inf. Tonny Antonny. Ketua DPRD, Mahdi Husen, SH, M.Si, Staf Ahli Bupati, Ir. Amrul Eby, M.Si, Wakapolres, Kompol. Tekat Pramono dan Dandi, SH dari Kejari.

Komsos during itu dipandu Dr. Brigite Manohara selaku moderator. Serta dibuka Asisten Teritorial KSAD, Mayor Jenderal TNI. Joko Hadi Susilo, SIP. Serta menampilkan 2 narasumber. Yakni, Dr. Fahri Redjab dari BMKG dan Dr. Thomas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

‘’Kita harus berkolaborasi dan bersinergi dalam menghadapi dampak perubahan iklim global. Seperti kenaikan suhu dan volume air laut. Serta munculnya bencana banjir, kekeringan, longsor serta kebakaran hutan dan lahan yang berdampak bagi stabilitas keamanan,’’ ungkap Joko Hadi Susilo.

Untuk mengantisipasi perubahan iklim global itu lanjut Joko Hadi Susilo, TNI-AD Bersama rakyat dan pemerintah harus berkolaborasi dalam mencari solusi antisipatif.

‘’Saat ini, masa musim hujan diprediki berlangsung pendek. Tapi intensitasnya tinggi dan deras. Sehingga berpontensi terjadinya bencana banjir dan longsor. Untuk itu, dibeberapa wilayah berpotensi bencana alam perlu dilakukan reboisasi dan penghijauan,’’ tutur Joko Hadi Susilo.

Dikatakan, selama Januari 2024 telah terjadi 66 bencana alam di tanah air. 42 bencana alam dan 17 bencana akibat perubahan cuaca.

’Bencana alam yang terjadi berupa banjir, longsor dan erupsi gunung api yang berdampak pada kelangkaan pangan,’’ ujar Joko Hadi Susilo.

Sementara Dr. Fahri Redjab dari BMKG menguraikan dampak perubahan iklim global. Serta prediksi dan langkah antisipasi periode 5 tahun dan 10 tahun kedepan.

‘’Perubahan iklim ini dirasakan di seluruh dunia. Cuaca sudah tidak menentu. Sistem bumi juga berubah. Dampaknya terjadi kelangkaan SDA. Perubahan iklim dan pemanasan global ini dipicu beberapa faktor. Mulai dari naiknya efek rumah kaca seperti naiknya persentase gas metana, gas karbon atau CO2. Serta dipengaruhi angin muson, elnino dan elnina plus, angin dingin dari belahan bumi bagian selatan,’’ kata Fahri.

Saat ini lanjut Fahri, emisi CO2 sudah naik 15 persen, emisi gas metana 26,6 persen. Akibatnya suhu global naik 1,4 derajat Celsius.

‘’Bencana alam banyak dipicu faktor hidrometroligi. Misalnya kekeringan melanda benua Eropa, Afrika dan Amekita. Sedangkan banjir terjadi di Australia dan Afrika Selatan. Termasuk beberapa daerah di Indonesia juga terdampak. Curah hujan naik 25 persen di wilayah Jawa, Sumatera dan Papua. Selama kurun 1980 – 2023 suhu naik 0,5 derajat celsius,’’ kata Fahri.

Kemarau terjadi diperidoe Juni, Juli dan Agustus. Volume air tanah menurun drastis. September – Oktober – Desember curah hujan kembali naik. Puncak musim hujan terjadi Januari dan Februari . Bulan Maret, April dan Mei intesitasnya mulai menurun.

Dr. Thomas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI menjelaskan salah satu dampak dari perubahan iklim global adalah terjadinya kebakaran hutan dan lahan karena kekeringan.

‘’Dampak perubahan iklim global ini adalah kekeringan dan kebakaran hutan serta berimbas bagi keamanan negara. Karena terjadi degradasi paksa di wilayah pantai dan bukit. Kekeringan mengakibatkan kelangkaan SDA dan pangan. Konflik di kalangan masyarakatpun akan muncul akibat kelangkaan pangan. Termasuk kerusakan infrastruktur dan gangguan kesehatan,’’ papar Thomas.

Indonesia, tutur Thomas telah melakukan langkah antisipasi dampak perubahan iklim global. Hasilnya, persentase gas CO2 berhasil diturunkan hingga 31,89 persen. Dan 17,4 persen untuk gas metana. Ini dilakukan melalui penanaman pohon atau penghijauan di 0,4 juta hektare lahan. Serta disektor industri dan energi juga turun hingga 12,5 persen.

‘’Target penurunan efek rumah kaca dengan energi terbaru mencapai 17 persen dari ambang batas 23 persen,’’ jelas Thomas.

Dalam Kosmsos itu TNI-AD bersama rakyat dan pemerintah akan terus melakukan Langkah antisipatif. Misalnya dengan melakukan penanaman pohon serentak periode ke-2 yang akan dilaksanakan, 7 Februari 2024.

‘’Kodim 0409 bersama rakyat dan pemerintah daerah sudah melakukan penanaman pohon serentak yang dipusatkan diwilayah bantaran Sungai Musi di Desa Tabarenah, Curup Utara. Selain itu, kita juga sudah membangun instalasi air bersih di wilayah Lembak yang termasuk wilayah krisis air bersih. Dan, 7 Februari 2024 ini Kodim bersama rakyat dan pemerintah daerah kembali siap melaksanakan penanaman pohon serentak. Tapi, lokasinya masih belum kita tetapkan,’’ jelas Dandim 0409, Letkol. Inf. Renaldy.

Upaya Kodim 0409 yang akan melaksanakan penghijauan itu mendapat dukungan Staf Ahli Bupati. Ir. Amrul Eby, M.Si. ‘’Penanganan perubahan iklim global ini harus dilakukan dengan berkolaborasi. Makanya pemerintah daerah siap mendukung penghijauan yang akan dilaksanakan Kodim,’’ demikian Amrul Eby, mengakhiri.

Editor | Bima Setia Budi