Andai Tuhan Berikan Berlebihan atau di Cabut-Nya Untuk Waktu Lama (Part 2 tamat)

Direktur Eksekutif Green Sumatera: Sayful Anwar

Direktur Eksekutif Green Sumatera: Sayful Anwar

Memperkosa Alam

Apakah kita boleh bermimpi untuk kembali, dimana kita menyatu dengan alam, saling bercengkrama dan saling menjaga? Sejatinya antara manusia dan alam butuh ke seimbangan dalam kelestarianya ( Nasution Pendiri Gerakan Pencinta Alam IAIN Bengkulu 2021).

Saat ini tidak ada lagi keseimbangan antara alam dengan manusianya, secara brutal dan besar- besaran manusia telah memperkosa alamnya. Itu demi kepentingan yang mengedepankan nafsu belaka. Tidak ada lagi rasa keseimbangan itu di kedepankan, yang terpenting bagaimana kekayaan alam ini bisa di habisi selagi ada kesempatan.

Berbagai dalil yang di sampaikan agar bisa mengeruk kekayaan alam. Berlindung dengan kutipan Bumi, Air dan Tanah sepenuhnya di kuasai oleh negara dan di peruntukan kesejahteraan rakyatnya. Kutipan itu yang menjadi dasar kaum kapitalis untuk menguras kekayaan alam kita demi kepentingan kelompok dan golongan tertentu.

Bukan untuk masyarakat secara berkesinambungan. Seandainya  itu di manfaatkan untuk masyarakat secara berkesinambungan, pastilah dalam pelaksanaanya tetap mengedepankan azaz perlindungan alam untuk jangka panjang.

Banjir dan kemarau seharusnya dapat menjadikan kita sebagai cambuk, agar kedepanya dalam menguras kekayaan alam ini tetap mengedepan aspek kelestarianya untuk anak cucu nanti.

Pohon jangan sekedar ganas untuk  menebanginya, wajib di imbangi dengan menanam kembali. Tambang batu bara, emas, nikel, besi, minyak dan kegiatan penambangan lainya yang akan merubah bentang alam. Jangan sekedar menggali tetapi di barengi dengan penimbunan atau reklamasi bekas tambangnya.

Tidak sedikit kasus yang kita temui hutan telanjang bekas pembalakan liar atau sedikit liar, karena mereka merasa telah membeli izin. Sehingga beroperasi  secara membuta ‘asalkan kami telah kantongi izin’. Bahkan tidak jarang yang telah meramba melebihi kawasan yang terdapat izin atau HGU yang mereka miliki.

Jika itu sebuah perusahaan perkebunan atau kegiatan pemanfaatan kekayaan hutan lainya.  Dengan merasa telah memiliki dokumen dari pejabat tertentu, maka tak hiraukan tentang kehidupan esok. Belum lagi sering kita temui kolam–kolam raksasa bekas galian tambang mereka menggali tidak menimbun.

Mungkin mereka merasa, “kami telah memberikan banyak uang buat kembalikan kondisi alam yang kami giatkan. Kami memiliki izin dan lain sebaginya dalil mereka saat di pinta untuk reklamasi”.

Persoalanya adalah bukan sekedar izin yang di kantongi bagi pelaku giat pemanfaatan kekayaan alam ini, tetapi hendaknya tetap mengedepankan kelestarian alam untuk generasi penerus nantinya. Silakan kalian ambil kekayaan di bumi ini, batu, emas, air, minyak, pepohonan dan mahluk hidup lainya. Tetapi hendaklah memikirkan untuk keberlangsungan hidup setelah kalian.

Izin secarik kertas yang kalian ‘beli’ jangan serta merta di jadikan mesin pembabat, tanpa memikirkan dampak alam hari esok.

Bagaimanakah kondisi DAS kita yang ada di Provinsi Bengkulu saat ini? Hujan dua hari Kota Bengkulu sudah di datangi banjir. Sungai Bengkulu meluap. Salah satunya sungai yang berpangkal di daerah Bengkulu Tengah. Hulunya terkenal aktifitas penambangan batu bara.

Penulis  tidak menyalahkan aktifitas penambangan itu, apalagi memvonis bahwa kegiatan tambang itu membuat Sungai Bengkulu mengalami pendangkalan. Walau tidak ada aktifitas lainnya di hulu sungai itu kecuali penambangan batu bara.

Sungai Ketahun yang sepuluh tahun silam masih berwarna biru, kita bisa melihat ikan yang berenang dalam sungai dari atas permukaan. Sekarang ini mimpi kalau kita menginginkan bisa melihat seperti tahun yang silam. Ribuan hektar perusahaan perkebunan yang sedang beroperasi sejak lama hingga sekarang.

Tentunya kita  tidak mengatakan mereka tidak memiliki izin. Tidak sepenuhnya pula menganggap merekalah yang membabat kawasan penyangga aliran sungai daerah itu. Hanya kondisi saat ini sepadan  dengan sungai  yang kita sering kali  temui gundul tak berpenyangga, demi perluasan aktifitas serakah manusia.

Siapa lagi yang akan menyelamatkan bumi ini, jika bukan semua kita sekarang ini, yang belum terlanjur di kebumikan. Siapakah menjamin kalau generasi kita nanti masih dapat melihat Harimau, Gajah, Burung Beo, Pohon Rindang , Air terjun yang jernih, Udara Sejuk.

Jika keganasan serakah ini tetap merajalela, jika pemimpin kita bebas ‘jual kertas bertandatangan’ yang tanpa di ikuti dengan komitmen sanksi,  jika ketikan dalam kertas itu di langgar.

Mari mulai dari kita selamatkan alam sekitar kita, tetanga kita dan meluas ke bumi kita. Ini demi anak cucu esok yang tak tahu dosa untuk tetap bisa hidup dengan air bersih, udara sejuk. Setidaknya damai ketika lihat hijaunya pepohonan.